Kebocoran Data Indonesia Tertinggi Ke-3
Artikel

Kebocoran Data Indonesia Tertinggi Ke-3

Indonesia, negara dengan penduduk 275,4 juta jiwa per Juni 2022, merupakan salah satu negara dengan jumlah pengguna internet terbesar di dunia. We Are Social 2022, sebagaimana dikutip GoodStats, melaporkan jumlah pengguna internet di Tanah Air mencapai 204,7 juta. Per Januari 2022, tingkat penetrasi internet 73,3% atau naik sekitar 1,03% jika dibandingkan dengan tahun 2021.

Di balik meningkatnya pengguna internet di Indonesia, Kejahatan Siber ternyata juga semakin meningkat. Studi dari Surfshark, lembaga keamanan digital asal Belanda, menyebutkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-3 dunia negara dengan kebocoran data tertinggi.

Naik Peringkat Kebocoran Data

Hanya dalam waktu tiga bulan, posisi Indonesia sebagai negara dengan kebocoran data terbanyak meningkat dari posisi ke-8 ke posisi 3. Indonesia bahkan kini berada di peringkat yang lebih tinggi daripada negara adidaya Amerika Serikat.

Total ada 108,9 juta akun Indonesia yang dibobol pada Juli-September 2022 (Kuartal III). Kontribusi Indonesia dalam kebocoran data di dunia mencapai 12%. Sementara itu, negara dengan kebocoran data tertinggi di dunia ditempati oleh Rusia, kedua China. Di bawah Indonesia, ada negara Brazil dan Amerika Serikat.

Gara-gara Bjorka

Meloncatnya peringkat Indonesia ini tak lain merupakan buah dari aksi pembocoran data dari Bjorka. Popularitas Bjorka sebagai peretas melonjak drastis karena membocorkan banyak data penting pemerintahan dan perusahaan strategis di Indonesia.

Apa saja data yang dibocorkan Bjorka?

  • 26 juta browsing history pelanggan IndiHome
  • 105 juta data KPU
  • 679.180 data daftar surat ke Presiden Indonesia
  • Doxing pejabat publik seperti Menkominfo, Ketua DPR, Menteri BUMN, dsb.
  • 44 juta data milik MyPertamina
  • 1,3 miliar data registrasi SIM Card berisi NIK, nomor ponsel, provider telekomunikasi, dan tanggal registrasi

Tingkat kesadaran rendah jadi faktor utama

Pakar keamanan siber dari CISSReC, Pratama Persadha, mengatakan bahwa potensi kebocoran dan peretasan data internet di Indonesia masih sangat tinggi. Kemungkinan ini disebabkan karena tingkat kesadaran Keamanan Siber Indonesia masih rendah.

Pratama juga menyebut meningkatnya tren kebocoran data di Indonesia disebabkan karena banyaknya karyawan yang melakukan WFH saat Pandemi COVID-19. Hal ini dibuktikan dengan data anomali trafik yang meningkat dari 800 juta menjadi 1,6 miliar pada tahun 2021 sebagaimana dilaporkan oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Anomali trafik ini, kata Pratama, bisa diartikan sebagai serangan dan lalu lintas data yang tidak biasa. Salah satu kemungkinan meningkatnya anomali trafik ini adalah serangan DDoS.

Regulasi pemerintah diperlukan

Pratama berharap dengan adanya Undang-undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) data pribadi masyarakat dan negara bisa lebih terlindung. Kehadiran UU PDP juga diharapkan dapat membuat Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) mengikuti standar teknologi dan Keamanan SIber yang ditetapkan pemerintah.

Mulai dari diri sendiri

Melindungi data pribadi di Internet dapat dimulai dari diri sendiri. Dengan lebih waspada terhadap praktik kejahatan atau penipuan yang mengakibatkan pembocoran data, Anda dapat mencegah data-data Anda disalahgunakan.

Agar tidak diretas, lakukan beberapa tips berikut:

  • Rutinlah mengganti password akun
  • Gunakan password berbeda untuk setiap akun yang Anda punya
  • Gunakan dompet digital sebagai alternatif kartu debit dan kartu kredit
  • Nyalakan Verifikasi Dua Langkah
  • Jangan menggunakan Wi-Fi publik dalam perangkat Anda
  • Pasang antivirus ter-update
  • Lakukan transaksi di platform terpercaya
  • Hindari mengeklik tautan asing
  • Jangan pernah beritahu kode OTP kepada siapa pun
icon